SUKARAJA - Sebagai negara demokrasi, Indonesia melewati masa transisi dalam perubahan Regulasi dan Sistem Perundang Undangan. Meski demikian, Pancasila tetap di utamakan dan terus di pertahankan di tengah pejalanan demokasi di Republik Indonesia.
Hal tersebut di bahas dalam sosialisasi 4 Pilar Bangsa yang berlansung di aula Desa Cicadas, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jumat (06/06/2014) kemarin.
Dalam kesempataan tersebut, perwakilan dari DPR/MPR RI , Anton Surato, Abdulah Wedi memberikan quiz kepada 400 warga yang ikut dalam kegiatan sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan.
Dalam quiz itu Anton melempar pertanyaan bagaimana bunyi pancasila dan hasilnya ternyata ada 2 perwakilan warga yang salah menyebut urutan bunyi dari 5 sila tersebut.
"Wah kumaha ieu, maeunya pancasila ge teu hapal ". Ujar Anton Surato dalam bahasa sunda yang artinya bagaimana ini, Pancasila saja tidak hafal.
Di tengah negara yang maju akan teknologi informasi saat ini masih ada warga yang tidak hafal pancasila sebagai dasar negara.
" Ini yang akan kita sampaikan bahwa sebelum kita beranjak kepada permasalahan bangsa yang lebih luas, masyarakat harus memahami pancasila dan penerapannya dalam kehidupan sehari hari, selanjutnya baru mereka secara sadar akan mencintai negara dengan semangat nasionalisme dan di situlah Demokrasi dapat tumbuh tegak di NKRI ". Anton Suratto menjelaskan.
Dalam dinamika politik seperti saat ini perubahan dapat terjadi kapan saja. Karena kedaulatan di pegang penuh oleh rakyat. Dulu presiden di angkat dan di berhentikan oleh MPR selaku mandataris,sekarang presiden di pilih langsung oleh rakyat dan akan di hukum oleh rakyat dengan tidak di pilih kembali.
Melihat kondisi itupun anggota legislatif terpilih Kabupaten Bogor Ade Sanjaya menyayangkan dengan kurangnya jam pelajaran pendidikan kebangsaan dan Pancasila di sekolah.
" Ini kembali kepada unsur pendidik jadi nanti kita akan usulkan untuk menambah muatan di sekolah tentang Pancasila ". Jelas Ade Sanjaya.(yd)
0 komentar :
Posting Komentar