BOJONGGEDE - Pendampingan anak tak cukup hanya 20 menit dalam setahun. Desa Pabuaran sukses menerapkan program yang lebih jitu, Maghrib Tanpa Televisi.
Dampak negatif televisi bukan hanya berdampak buruk terhadap pemirsa, melainkan pula mempengaruhi segi psikologis dan menimbulkan budaya konsumtif yang tinggi. Pengaruh lain juga pada penggunaan bahasa, gaya berpakaian, meniru adegan idolanya. Terutama di kalangan remaja dan anak dibawah umur.
Kepala Desa Pabuaran Kecamatan Bojonggede H.Masduki, MD, S,Ip memiliki konsep jitu untuk meminimalisir dampak pengaruh perkembangan teknologi maju yang dapat mengikis budaya daerah dan dampak krimininal yang diakibatkan oleh canggihnya teknologi seperti televisi dan internet.
Program dimaksud adalah Maghrib Tanpa Televisi sejak tiga tahun silam telah disiarkan secara rutin di televisi lokal dan dimuat sejumlah media cetak lokal dan nasional. "Intinya sebagai orang tua bukan sebatas jadi orang tua tapi harus bisa menjadi teman atau sahabat bagi anaknya. Orang tua harus bisa menjadi guru buat anaknya. Orang tua harus bisa menjadi contoh bagaimana menjadi orang tua yang soleh dan solehah," kata Kades yang memiliki hobi Offroads ini, Selasa (20/5/2014).
Program dimaksud adalah Maghrib Tanpa Televisi sejak tiga tahun silam telah disiarkan secara rutin di televisi lokal dan dimuat sejumlah media cetak lokal dan nasional. "Intinya sebagai orang tua bukan sebatas jadi orang tua tapi harus bisa menjadi teman atau sahabat bagi anaknya. Orang tua harus bisa menjadi guru buat anaknya. Orang tua harus bisa menjadi contoh bagaimana menjadi orang tua yang soleh dan solehah," kata Kades yang memiliki hobi Offroads ini, Selasa (20/5/2014).
Menurutnya, dengan gerakan Maghrib Tanpa Televisi ini terbukti berhasil diterapkan oleh sebagian besar warga Pabuaran yang menggiring anak-anak untuk beribadah dan mengaji baik dirumah maupun ditempat ibadah terdekat secara berjama'ah. "Buktikan sebagai pemimpin, suami jadi imam dalam solat, selesai solat jangan biarkan televisi ditonton kembali," tambahnya.
Ketika maghrib tiba dan adzan menggema, lanjutnya, semua masyarakat mematikan televisi kemudian sekeluarga beranjak berwudhu. "Saya sudah melakukannya bersama warga saya. Semua itu butuh perjuangan keras untuk menyukseskan program desa ini. Oleh karenanya saya berharap Kades lainnya juga menerapkan program ini dan apabila diperlukan untuk direalisasikan menjadi Peraturan Daerah," jelas H.Masduki, MD, S,Ip kepada wartawan.
Ketika maghrib tiba dan adzan menggema, lanjutnya, semua masyarakat mematikan televisi kemudian sekeluarga beranjak berwudhu. "Saya sudah melakukannya bersama warga saya. Semua itu butuh perjuangan keras untuk menyukseskan program desa ini. Oleh karenanya saya berharap Kades lainnya juga menerapkan program ini dan apabila diperlukan untuk direalisasikan menjadi Peraturan Daerah," jelas H.Masduki, MD, S,Ip kepada wartawan.
Melalui program ini, tambah Kades Pabuaran, para orangtua akan lebih meningkatkan perannya sebagai orang tua yang bertanggung jawab dalam mendampingi anak secara efektif karena diterapkan setiap hari pada saat sholat lima waktu. Jadi, mana cukup bila pendampingan hanya dilakukan selama 20 menit dalam satu tahun," imbuhnya.(sbl/hr)
0 komentar :
Posting Komentar